Jayapura – Dalam rangka memperkuat tata kelola dan meningkatkan efektivitas organisasi, Universitas Cenderawasih (Uncen) menyelenggarakan Workshop dan Forum Group Discussion (FGD) Manajemen Risiko Perguruan Tinggi, bertempat di Hotel Suni Abepura pada Kamis (30/10/2025).
Kegiatan ini menghadirkan narasumber dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Papua, yaitu Plt. Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Papua, Muh. As’af, S.S.T.Akt., MBA., CRMP., CSEP., CRGP., CPEC., CCRA, serta Probo Sucitro, Auditor Ahli Madya selaku Koordinator Pengawasan Bidang Instansi Pemerintah Pusat.
Peserta kegiatan berasal dari berbagai unit kerja di lingkungan Uncen, mulai dari dekan, wakil dekan, kepala bagian, kepala subbagian, kepala UPT, hingga lembaga penunjang akademik.
Ketua Satuan Pengawas Internal (SPI) Uncen, Dr. Meinarni Asnawi, SE., M.Si., CBV., CMA, dalam sambutannya menyampaikan bahwa tujuan utama kegiatan ini adalah untuk mempersiapkan setiap unit di Uncen agar mampu melakukan proses mitigasi risiko terhadap setiap rencana dan program kerja yang disusun.
“Banyak hal yang perlu kita persiapkan ketika Uncen menuju status BLU (Badan Layanan Umum). Melalui kegiatan ini, kami ingin agar setiap unit mampu menyusun peta risiko dan menetapkan strategi mitigasi yang tepat. Dengan begitu, seluruh tujuan yang tercantum dalam rencana strategis universitas dapat tercapai secara terukur,” ujar Dr. Meinarni.
Beliau juga menambahkan bahwa kegiatan ini sangat relevan dengan momentum pelantikan para pimpinan fakultas yang baru seminggu sebelumnya. “Kami berharap para pimpinan baru mulai memperhatikan risiko-risiko yang mungkin dihadapi dalam lima tahun ke depan, serta mengantisipasinya sejak dini melalui perencanaan yang matang,” tambahnya.
Kegiatan dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum, Kepegawaian, dan Keuangan, Dr. Hans Z. Kaiwai, yang dalam sambutannya menegaskan pentingnya manajemen risiko dalam memperkuat sistem tata kelola perguruan tinggi.
“Workshop dan FGD manajemen risiko ini merupakan bagian dari upaya universitas untuk memastikan seluruh proses pelaksanaan tugas di Uncen berjalan sesuai perencanaan dan tujuan organisasi. Semua itu harus dilakukan dengan pendekatan yang terukur dan antisipatif,” jelas Hans.
Menurutnya, perencanaan di lembaga pendidikan tinggi sangat erat kaitannya dengan masa depan yang penuh ketidakpastian. Karena itu, manajemen risiko berperan penting dalam membantu organisasi mengenali potensi hambatan dan menyusun langkah-langkah antisipatif.

“Perencanaan selalu berhadapan dengan hal-hal yang sulit diprediksi. Dengan manajemen risiko, kita dapat meminimalisasi bahkan mengeliminasi dampak dari potensi risiko yang mungkin terjadi,” lanjutnya.
Dalam kegiatan ini, para peserta diajak untuk mempelajari cara mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun risk register atau peta risiko, serta menentukan skala prioritas dalam penanganannya.
“Risiko yang berdampak luas dan memiliki kemungkinan tinggi harus menjadi prioritas untuk ditangani lebih dahulu. Sementara risiko dengan dampak kecil dapat diselesaikan secara bertahap sesuai prioritas yang telah disepakati,” terang Hans.
Ia menekankan bahwa setiap fakultas, lembaga, maupun UPT di Uncen perlu memiliki dokumen registrasi risiko sebagai pedoman kerja dalam pengelolaan dan mitigasi risiko ke depan. “Kami ingin agar seluruh pimpinan di fakultas maupun rektorat memiliki panduan yang jelas dalam menangani risiko. Dengan demikian, tata kelola universitas dapat berjalan lebih efisien, efektif, dan terarah,” tegasnya.
Untuk memperkuat proses pembelajaran dalam workshop ini, Uncen menggandeng BPKP Provinsi Papua sebagai mitra strategis sekaligus menghadirkan tim SPI Uncen sebagai pendamping teknis penyusunan daftar risiko.
“Selain menghadirkan BPKP sebagai narasumber, SPI Uncen juga berperan aktif mendampingi peserta dalam menyusun daftar risiko sesuai kondisi nyata di unit masing-masing,” ujar Hans.
Ia juga menekankan bahwa manajemen risiko bukan hanya tanggung jawab pimpinan tertinggi, tetapi harus menjadi budaya dan kesadaran bersama di seluruh level organisasi. Karena itu, peserta workshop terdiri dari berbagai unsur pimpinan dan staf pelaksana dari seluruh unit kerja di lingkungan Uncen.
“Melalui kegiatan ini, kami ingin menumbuhkan kesadaran kolektif tentang pentingnya manajemen risiko dalam mendukung perencanaan dan pengambilan keputusan di setiap jenjang,” katanya.
Di akhir kegiatan, Hans Kaiwai menyampaikan bahwa pelaksanaan workshop dan FGD ini akan menjadi bagian dari program berkelanjutan.
“Workshop ini bukan yang terakhir. Kami akan melanjutkannya secara periodik agar budaya sadar risiko benar-benar melekat di setiap lini kerja Uncen,” tutupnya.
Dengan terselenggaranya kegiatan ini, Universitas Cenderawasih menegaskan komitmennya dalam mewujudkan tata kelola universitas yang akuntabel, efisien, dan berorientasi pada kinerja, serta meningkatkan kesiapan institusi menghadapi berbagai tantangan dalam pengelolaan pendidikan tinggi di masa depan.
PW, FO





![]()