Warta Uncen

Film Dokumenter Produksi Jerman Ditonton Di Museum Loka Budaya Uncen

Museum Loka Budaya Universitas Cenderawasih pada hari Sabtu (16/7/2022) dikunjungi oleh seorang wisatawan asal Jerman yang bernama Daniel Kötter. Kunjungan Daniel diterima oleh Curator Museum Enrico Yori Kondologit, S.H.

Daniel Kötter adalah Film Maker atau pembuat film dan sutradara teater musik internasional. Karya-karyanya berbeda dan menggabungkan teknik film eksperimental dengan elemen performatif berupa dokumenter. Hasil karyanya telah ditampilkan di seluruh dunia pada berbagai festival film dan video seni, ditampilkan juga di galeri-galeri di eropa, teater dan ruang konser.

Karya utamanya meliputi trilogi teater musik Falsche Arbeit, Falsche Freizeit, Freizeitspektakel (2008-2010), KREDIT RECHT LIEBE (2013-2016) dan STADT LAND FLUSS (2017-2019) semuanya dengan Hannes Seidl). Trilogi multi-saluran Arbeit und Freizeit (2009-2011) serta film, pertunjukan dan serial wacana teater negara tentang kondisi perkotaan di kota Lagos, Teheran, Berlin, Detroit, Beirut, Mönchengladbach (2009-2014 dengan Constanze Fischbeck).

Perjalanan karir Daniel dalam menyutradarai pembuatan film dokumenter tidak hanya dilakukan di Eropa dan Negara-negara lain di Asia dan Afrika. Pada Tahun 2018 dan 2019 dia pernah melakukan penelitian di Timika tentang dampak pertambangan bagi masyarakat di sekitar area pertambangan. Penelitian ini menghasilkan beberapa film dokumenter seperti yang telah dilakukan sebelumnya oleh Daniel di negara lain.

Kehadiran Daniel Kötter  di Museum Loka Budaya Uncen adalah untuk bertemu lagi dengan Enrico yang sempat berkenalan di tahun 2018 lalu. Selain itu Daniel juga ingin melihat perkembangan Museum Uncen sekaligus ingin berbagi ilmu tentang pembuatan film dokumenter dengan komunitas film maker di Jayapura. Daniel juga melakukan  pemutaran video pendek berupa dokumenter hasil karyanya tentang pertambangan dengan dampaknya. Film tentang isu pertambangan ini sebelumnya telah diputar di Yogyakarta dan Samarinda. Film pendek ini hanya dapat ditonton dengan menggunakan kaca mata VR 360 (Virtual Reality) dan headphone yang tersedia di kursi. Penonton dapat mengalami pengalaman menyaksikan jalannya film ini dengan posisi 360 derajat.

Ketika  ditemui oleh salah satu Staff Humas Uncen, Daniel mengatakan bahwa yang paling penting dari film pendek yang dibuatnya adalah experience atau pengalaman. Dia ingin membuat orang merasakan pengalaman itu dan melihat efek perubahan alam yang dihasilkan dari kegiatan pertambangan seperti yang pernah ada di  German dan yang masih berlangsung di Papua.

Dengan pemahaman yang sangat baik tentang bagaimana membuat film dokumenter serta banyak karya yang telah dihasilkan, Daniel membuat film ini dengan cara menonton yang berbeda. Penonton seakan melihat langsung di lokasi, padahal itu hanyalah sebuah film. Daniel benar-benar ingin mengajak orang yang melihat hasil karyanya seakan berada langsung di lokasi sebagaimana yang dilihatnya saat film itu dibuat.

Enrico Kondologit seorang kurator muda Papua mengatakan bahwa kedatangan Daniel Kötter diprakarsai oleh Goethe Institut German. Daniel adalah seorang Film Maker yang konsentrasi pada dokumenter masyarakat dan lingkungan. Baru-baru ini dia telah membuat sebuah film dokumenter tentang pertambangan di Timika.  Film ini hanya bisa ditonton dengan menggunakan kacamata VR 360, Enrico sempat bertanya kepada Daniel kenapa film ini tidak dibuat untuk ditonton di layar lebar sebagaimana kebanyakan film ? Menurut Daniel bahwa film layar lebar hanya membuat penonton terkesan dengan hasil karya tim pembuat film. Tapi film yang dilihat dengan kacamata VR 360 mengajak penonton merasakan langsung apa yang dibuat oleh tim, jelas Enrico.

Sebagaimana dampak yang telah terjadi di banyak negara yang ada area pertambangan, Film ini punya tujuan secara umum untuk bagaimana melihat dampak dari PT Freeport terhadap lingkungan sekitar area pertambangan dan dampak terhadap nilai nilai ketahanan budaya masyarakat Papua. ***

(pw/yt)

Loading