Jayapura – Fakultas Hukum Universitas Cenderawasih (FH Uncen) kembali menunjukkan komitmennya dalam membangun sumberdaya manusia yang unggul di Tanah Papua. Dalam rangka memeriahkan Dies Natalis Uncen ke-63, FH Uncen sukses menggelar kompetisi debat bergengsi, Cenderawasih Debate Competition (CDC) II Tahun 2025.
Acara yang mempertemukan mahasiswa perguruan tinggi serta pelajar SMA/SMK se-Kabupaten dan Kota Jayapura ini berlangsung di Aula Fakultas Teknik Uncen, pada Rabu (19/11/2025).
Mengusung tema besar“Mewujudkan Papua yang Adil, Damai, dan Berkelanjutan melalui Penegakan Hukum, Pemberdayaan Masyarakat, dan Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal”, kompetisi ini dirancang bukan hanya sebagai ajang perlombaan, melainkan wadah pemikiran konstruktif bagi generasi muda.
Wakil Dekan I Fakultas Hukum Uncen, Dr. Martinus Mambaya, S.H., M.H., yang hadir mewakili Dekan Fakultas Hukum Dr. Yustus Pondayar, S.H., M.H., secara resmi membuka kegiatan tersebut. Dalam sambutannya, Dr. Martinus menekankan bahwa kompetisi ini merupakan momentum strategis untuk mengasah kemampuan berpikirkritis (critical thinking) dan komunikasi terstruktur.


“Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Dies Natalis ke-63. Tujuannya mengasah kemampuan komunikasi yang baik bagi tingkat SLTA maupun perguruan tinggi. Ini adalah modal berharga untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan mandiri nantinya,” ujar Dr. Martinus.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa goal utama dari debat ini adalah menanamkan nilai-nilai luhur demi masa depan Papua.
“Debat ini mengungkapkan kerinduan dan keprihatinan bersama untuk mewujudkan Papua yang adil, damai, dan berkelanjutan. Gagasan yang disampaikanadik-adik sekalian adalah kontribusi nyata dalam penegakan hukum dan pemberdayaan masyarakat. Jadi, tujuannya bukan semata-mata mencari juara satu, tetapi membangun nilai kebersamaan, sportivitas, dan keberanian mengungkapkan ide,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Lomba, Jose Yeremia Immanuel Panjaitan, dalam laporannya menjelaskan bahwa CDC II 2025 melalui proses seleksi yang ketat. Kompetisi dibagi menjadi dua tahap, yakni eliminasi esai dan pelaksanaan debat langsung dengan system gugur.
“Pada tahap eliminasi, seluruh peserta wajib mengumpulkan esai sesuai tema. Dari tahap tersebut, terpilih 8 tim terbaik yang berhak melaju kebabak penyisihan hingga final,” jelas Jose.
Jose mengapresiasi tingginya antusiasme dari pihak sekolah dan perguruan tinggi di Jayapura. Menurutnya, partisipasi aktif ini menegaskan pentingny aliterasi hukum dan etika digital di era modern.
“Kegiatan ini adalah upaya membentuk generasi muda yang kritis, bertanggung jawab, dan sadar hukum. Kami berharap kegiatan ini tidak berhenti sebagai kompetisi semata, tetapi menjadi wahana pembelajaran agar generasi penerus dapat menyikapi peristiwa social dengan bijak,” tutup Jose.
Acara berlangsung dengan tertib dan lancer berkat dukungan penuh dari jajaran pimpinan Fakultas Hukum, dosen, staf, serta dewan juri dari kalangan akademisi yang kompeten. Kompetisi ini diharapkan dapat terus berlanjut di tahun-tahun mendatang sebagai incubator pemikir-pemikir muda Papua yang brilian.
Penulis: P.W; Editor: F.O










![]()